Penjelasan Ta-Keb GKP

Penjelasan tata kebaktian minggu gereja kristen pasundan

sinode-gkp
AlamatJl. Raden Dewi Sartika No.119, Pungkur, Regol, Kota Bandung, Jawa Barat 40251
ProvinsiJawa Barat
Telepon(022) 5208723

1. Penjelasan umum
Gereja kristen pasundan (GKP) memahami bahwa kebaktian adalah suatu aktivitas orang percaya dalam suatu dan tempat tertentu yang mencerminkan persekutua, pelayanan dan kesaksian yang terjadi dalam perjupaan dengan Allah dan dengan sesama (Tata Gereja BAB VII PAsal 17 ayat 1). Kebaktian memerlukan penataan sedemikian rupa, sehingga aspek dialogis, yaitu Allah berfirman dan manusia menjawab itu tapak dan urutan-urutan acara dalam kebaktian itu, bisa dipertanggung jawabkan secara teologis, untuk maksud itulah GKP menyusun Tata Kebaktian.
Istilah tata menunjukkan pada serangkaian acara beserta urut-urutannya. Setiap mata acara mengandung makna teologis tertentu yang dikaitkan dengan pengalaman iman orang kristen akan penghayatan keselamatan dalam Yesus kristus. Tidak ada satu pun bagian Tata Kebaktian yang tidak bermakna, apalagi sia-sia. Untuk itu setiap acara atau bagian dalam Tata Kebaktian saling berkaitan satu dengan lainnya. Adanya makna teologis dalam setiap bagian mencerminkan penghormatan kita terhadap momen kebaktian yang sedang dilakukan.
Tata kebaktian yang hendak dijelaskan disini adalah Tata kebaktan hari minggu, sebagai perayaan iman semua orang percaya atau perayaan umum Jemaat. Kebaktian ini didasarkan oleh kesaksian para penulis Injil atas kebangkitan yesus Kristus (Mat 28:1; Mrk 16:9 ; Luk 24:1 ; Yoh;20). Demikian kesaksian ini diteruskan setelah kebangkitanNya setiap Minggu (Luk 24:35; Yoh 20:26-27; Kis 20L7-11; Wah 1:10) sebagai hari kebaktian.
Sabagai salah satu produk teologi, sebuah Tata kebaktian minggu turut meunjukkan identitas Gereja Tata Kebaktian GKP berakar pada Tata Kebaktian Minggu Gereja Calvinis di Belanda yang dibawa oleh Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV). Sehingga corak dan pola tata kebaktian yang dimiliki oleh GKP hingga saat ini merupakan corak dan pola tata kebaktian gereja calvinis.
GKP Saat ini memiliki 4 (empat) model Tata Kebaktian Minggu). Sejarah penyusunan Tata Kebaktian Minggu GKP bermula dari Sidang Sinode GKP tahun 1966, dimana muncul wacana tentang kebersamaan dalam penggunaan Tata Kebaktian Minggu. Sidang ini kemudian memutuskan untuk membentuk Komisi Liturgi dengan tugas menyusun Tata Kebaktian yang baku untuk dipergunakan oleh seluruh jemaat GKP. Setelah bekerja beberapa waktu dan melakukan uji coba, maka dalam Sidang Sinode XV tahun 1972 disahkan Kebaktian Minggu Model I. Selanjutnya, dalam sidang Sinode XVII tahun 1978 disahkan konsep Tata Kebaktian Minggu Model II. Selanjutnya dalam rapat Kerja Sinode tahun 2000 diputuskan penggunaan Tata Kebaktian Minggu Model III dan IV. Tata Kkebaktian Minggu Model II dan IV mengalami penyesuaian dengan memperhatikan kaidah-kaidah ilmu liturgi yang dirumuskan oleh Komisi Teologi GKP pada tahun 2013.

Empat model Tata Kebaktian Minggu yang dimiliki oleh GKP bersifat alternatif. Jemaat-jemaat dapat memilih dan penggunaannya tidak harus berurutan sesuai dengan jumlah minggunya. dengan disusunya empat model Tata Kebaktian Minggu tidak dimaksudkan pula untuk menghilangkan kreativitas bagi jemaat-jemaat untuk menyusun Tata Kebaktian yang kontekstual dengan memperhatikan kondisi dan pergumulan jemaat setempat serta menyeduaikan dengan kebutuhan.

II. Makna teologies Tata Kebaktian Minggu GKP.
Sebagaimana telah diutarakan sebelumya, Tata Kebaktian Model I-IV merupakan sebuah alternati dan tidak memiliki perbedaan yang mendasar, keempat model Tata Kebaktian Minggu tersebut memiliki makna teologis yang sama
Menurut Johannes Calvin, tujuan ibadah Kristen adalah penyatuan dengan Allah (Union with God) lewat bidaha, jemaat menjadi sehati sepikir dengan Allah. Jemaat menjadi sadar apakah kehendak Allah bagi mereka. Dalam sebuah kebaktian seseorang bisa mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan perjumpaan itu mentransformasikan hidup mereka yang hadir. Dalam istilah umum, liturgi yang hidup adalah ibadah dimana didalamnya orang bisa merasakan Tuhan hadir dan menyapa mereka. Dalam Tata Kebaktian Minggu GKP, Jemaat diundang untuk mengalami perjumpaan dengan Allah sejak permulaan kebaktan yakni dengan volume dan Salam (atau peneguhan kebaktian dalam Tata Kebaktian Minggu Model III).
Tata Kebaktian Minggu GKP model I -IV berbentuk dialog. Hal ini sesuai dengan ajakan Reformator yang menjelaskan bahwa dalam ibadah, mula-mula Allah yang berinisiatif untuk berbicara kepada jemaat melalui Firman-Nya (revelation), lalu jemaat memberi respons dalam bentuk doa dan pujian. Dialog dalam Tata Kebaktian Minggu GKP berlangsung sebagai berikut.

Pertama, unsur Tata Kebaktian GKP menceritakan keberadaan diri manusia di hadapan Allah. Tatkala jemaat datang ke tempat ibadah, maka sebagai persekutuan ia datang untuk berbakti kepada Allah. Berhadapan dengan Allah membawa pada kesadaran akan keberadaaa diri sendiri sebagai manusia, yaitu bahwa manusia mempunyai beragam keterbatasan yang seringkali menyebabkan dirinya gagal dalam mengambil keputusan dan tidak bisa memperbaiki diri, dan sekaligus sebuah kesadaran bahwa ia membutuhkan pertolongan Allah untuk menembus dan membaharui diri. Dalam Tata Kebaktian Minggu GKP hal ini dicirikan dengan adanya pengakuan dosa dengan beragam formulasi dan rumusan.

Kedua, unsur-unsur Tata Kebaktian GKP menceritakan bahwa selalu Allah mengulurkan tangan, menebus, memberi kesempatan datang dan beribadah kepada Allah. Melalui bagian ini jemaat diingatkan bahwa jemaat merayakan kesempatan yang Allah berikan untuk hidup dalam penebusan. Dalam kebaktian hal ini dicirikan dengan adanya anugerah pengampunan.

Ketiga, berhadapan dengan kesempatan dan kepercayaan yang diberikan Allah maka jemaat .. dengan penuh ucapan syukur sekaligus kesediaan untuk senantiasa hidup dalam pembaharuan dan berdasarkan Firman Tuhan yang diberitakan melalui khotbah yang memanggil kesediaan untuk berpegang pada Allah, pengakuan iman, doa syafaat dan persembahan syukur. Inilah tanda jemaat hidup dalam pengampunan Allah Dialog dalam Tata Kebaktian diakhiri dengan meneria amanat pengutusan dan kesediaan Jemaat hidup dalam ketaatan dengav dinaungi oleh Berkat Tuhan.

III. Pelayanan kebaktian.
Kebaktian berlangsung dengan para pelayan yang menjalankan tugas sesuai fungsi dan tempatnya sesuai dengan hakikatnya kebaktian merupakan perjumpaan dengan Allah. Tata Kebaktian yang telah disusun harus dijalankan oleh para pelayan dengan disiplin dan persiapan yang baik. Dalam Tata kebaktian Minggu Model I – IV yang berperan sebagai pelayan kebaktian adalah Pelayan Firman (PF) dan Pelayan Kebaktian Pelayan Firman, baik pendeta atau non-pendeta, menerima mandat untuk memimpin kebaktian mewakili unsur dialogis dari Allah kepada umat. Oleh karena itu bagian yang dibawakan oleh Pemimpin kebaktian adalah Votum dan Salam, Berita Anugerah Pengampunan, Pemberitaan Firman. Pengutusan dan Berkat. Bagian yang lain dalam kebaktian dapat dibawakan oleh Pelayan kebaktian yang berperan mewakili umat untuk memberi respons atas Firman Tuhan.
Pelayan kebaktian yang juga harus dipersiapkan adalah pemusik, prokantor (pemimpin nyanyian), kantoria (paduan suara pemandu nyanyian) dan pelayan-pelayan lainnya sesuai dengan kebutuhan Jemaat setempat.

IV. Unsur-unsur Tata Kebaktian Minggu GKP.
Pola dalam Tata kebaktian minggu GKP model I – IV secara umum sama dengan pola yang dimiliki oleh Gereja Reformasi lainnya, yakni pola yang berakar pada ibadah jemaat mula-mula (Kis 2:42-47). Tata kebaktian minggu GKP terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu
1. Berhimpun/menghadap Tuhan
2. Pemberitaan Firman
3. Respons umat/ucapan syukur
4. Diutus ke dalam dunia.

Bagian pertama : Berhimpun/Menghadap Tuhan

1. Persiapan
Kebaktian dimulai dengan langkah berhimpun, yang bertujuan untuk menyatukan hati jemaat. Prosesnya dimulai saat memasuki ruang kebaktian. Umat kemudian mengambil saat teduh yakni waktu untuk mempersiapkan hati dan pikiran untuk menghadap Tuhan dan berdialog dalam seluruh rangkaian kebaktian
Pada kesempatan ini, Majelis Jemaat melakukan doa di konsistori bersama dengan Pelayan Firman, memohon kepada Tuhan agar pelayanan kebaktian dapat dilaksanakan dengan baik, sementara setiap anggota jemaat berdoa secara pribadi diruangan kebaktian. Waktu persiapan ini bisa diiringi permainan musik, paduan suara, atau hanya dilakukan dengan hening.

2. Prosesi Alkitab dan pelayan Kebaktian

Jemaat berdiri sebagai simbol penghormatan dalam menyambut kehadiran Allah melalui FirmanNya. Nyanyian pembuka dinyanyikan untuk menyatukan hati semua yang hadir untuk datang ke hadapan Tuhan. Lalu sesuai dengan gereja reformasi, diadakan seremoni Penyerahan Alkitab (entry of the Bible) dari anggota majelis Jemaat yang bertugas sebagai pengatar pelayan kepada Pelayan Firman. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa ibadah kita didasari oleh Firman Tuhan dan Pelayan Firman melaksanakan pelayanannya dengan mendapat mandat dari Majeleis Jemaat sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan kebaktian dalam jemaat.

Votum dan Salam
Rumusan votum dan berdasarkan Maz 124:8 pada mulanya digunakan Calvin dan bertolak dari synode dordrecht (1574) mewajibkan penggunaan rumus tersebut yang kemudian diperluas lagi dengan Mat 12:19. Dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Votum (Latin=ikrar, janji) adalah kata-kata pembukaan yang diucapkan seorang Pelayan Firman dalam permulaan kebaktian yang menandaka bahwa pertemuan jemaat saat itu memiliki sifat yang khusus yaitu persekutuan ibadah yang dibangun atas dasar pertolongan Allah.
Salam diucapkan oleh Pelayan Firman kepada jemaat dan jemaat memberi jawaban atas salam itu kepada pelayan firman. Dengan tata kebaktian minggu model I berbunyi: Turunlah atas saudara sekalian, anugerah dan sejahtera dari Allah Bapa Kita dan Tuhan kita Yesus Kristus. Salam tersebut dijawab dengan uapan : Amin atau pelayan firman mengucapkan salam dengan mengangkat satu tangan lurus ke atas.

Nas atau ayat Pembimbing.
Nas pembimbing erat kaitannya dengan sifat dan maksud kebaktian pada suatu saat tertentu seperti hari raya gerejawi pentahbisan majelis jemaat, pelayanan sakramen dan lain sebagainya. Dalam hal ini GKP menyiapkan daftar pembacaan alkitab tahunan yang berisi permbacaan alkitab setiap minggu berikut nats/ayat pembimbing dan pokok pikiran dari pembacaan tersebut.

Doa Syukur
Doa syukur (tata kebaktian minggu model I) sesuai dengan maksudnya berisi ucapan syukur jemaat atas segala berkat, rahmat dan karunia Allah, yang telah dialami selama berhari-hari yang lewat pengucapan syukur itu menjadi sasaran utama dalam jemaat mengadakan kebaktian. Doa syafaat setiap tidak dimunculkan disini, baru pada bagian yang lain doa itu diucapkan.

Hukum Aah
Dalam Tata kebaktian Minggu model I & IV, hukum Allah ditempatkan sebelum pengakuan dosa dan pemberitaan anugerah pengampunan. dalam urutan itu, hukum Allah dimengerti sebagai cermin yang menyatakan kepada kita betapa besar perlanggaran-pelanggaran yang kita lakukan dalam hidup kita, baik terhadap allah maupun terhadap manusia. rumusan mengenai hukum Allah ini biasanya diambil dari Kel 20:1-17 dan Mat 22:37-40. pembacaan hukum Allah disambut jemaat dengan nyanyian.
Dalam tata kebaktian minggu model II, hukum Alah ditempatkan setelah berita anaugerah, dimaknai sebagai panggilan untuk memasuki hidup baru sebagai umat tebusan Allah yang hidup dalam kasih. Sedangkan dalam tata kebaktian minggu model III, sebagai respons dari anugerah pengampunan jemaat diundang untuk menyatakan syukur dan penyerahan diri ke dalam hidup baru.

Pengakuan Dosa.
Dalam tata kebaktian minggu model I, doa pengakuan dosa diucapkan oleh pelayan firan bersama-sama dengan jemaat. Mengingat bahwa makna pengakuan dosa sangat dalam artinya bagi kehidupan kita, maka pengucapan itu hendaknya tidak sekedar sesuatu yang di bibir, tapi sekaligus harus membekas dan menembus hati. Oleh karena itu pembacaannya dilakukan sedemikian rupa sehingga ungkapan pengakuan ini benar lahir dari seluruh diri kita.
Dalam tata kebaktian model II & III, doa pengakuan dosa diucapkan ole pelayan firman dan jemaat dalam sikap berdoa menyerahkan diri kepada tuhan dalam penyesalan.
Sebelum doa pengakuan dosa, baik yang diucapkan secara bersama-sama, maupun hanya diucapkan oleh pelayan firman diberikan kesempatan kepada setiap anggota jemaat agar secara pribadi, di dalam hati, mereka mengaku dosanya dihadapan Allah. Pengakuan dosa ini disambut jemaat dengn nyanyian yang isinya merupakan ungkapan penyesalan dan pengakuan akan dosanya.
Untuk tata kebaktian minggu model IV, pengakuan dosa disampaikan melalui doa yang dibaca secara berbalasan antara pemimpin dan jemaat.

1. Pemberitaan anugerah pengampunan
Dalam bagian ini pelayan firman menyampaikan berita kesukaan kepada setiap orang yang mau mengakui dosanya dan berlindung kepada Tuhan Yesus Kristus yaitu bahwa mereka mendapatkan pengampunan dosa.
Sebenarnya pengakuan dosa dan pemberitaan anugeraah pengampunan harus, diucapkan/didengar jemaat sambil bertelut, namun tata kebaktian GKP tidak menuntut hal itu. Yang penting adalah bahwa pada bagian-bagian tersebut khususnya pengakuan dosa. Jemaat mengucapkannya dengan rasa sesal yang sungguh, sembil menundukkan kepala.

2. Pembacaan mazmur
Dalam tata kebaktian minggu GKP, ada bagian pembacaan mazmur dilakukan secara berbalasan antara pemimpin dan jemaat lalu disambut dengan nyanyian KJ 48 Kemuliaan bagi Bapa. Pada tata kebaktian yang tidak terdapat pemacaan mazmur dapat ditambahkan dengan menempatkannya setelah berita anugerah atau petunjuk hidup baru sebagai bagian dari kesadaran umat untuk memuji kebesaran dan kemahakuasaan Allah serta memprolakmirkan perintah dan ketetapan-ketetapan Allah bagi umatNya

Bagian kedua: Pemberitaan Firman.

1. Doa untuk pembacaan Alkitab.
Doa ini lazim disebut Epiklese, adalah doa memohon kedatangan Roh Kudus agar Firman Allah yang akan diberitakan dapat disampaikan dengan baik dan benar oleh pelayan firman dan dapat didengarkan dengan baik oleh jemaat. Epiklese ini mempunyai arti penting, karena tanpa penerangan Roh Kudus yang membuka hati dan pikiran kita, maka Alkitab hanyalah hutuf mati dan tidak dapat mengerti Firman Tuhan (2Kor 3:14-16)

2. Pembacaan Alkitab
Pembacaan Alkitab merupakan unsur tetap dari kebaktian jemaat, sebab pembacaan Alkitab itu nanti akan mendapat penerapan praktis bagi hidup jemaat masa kini dalam bentuk khotbah. Dalam kehidupan GKP telah lama disusun suatu daftar pembacaan Alkitab tahunan, dengan memperhatikan beberapa unsur tata gereja peristiwa intern GKP. dan hari raya gerejawi.
Sesudah pembacaan Alkitab, maka jemaat menyambut dengan Haleluya yang berarti terpujilah Tuhan. Unsur ini berasal dari ibadah Yahudi yang dinyanyikan pada hari raya paskah. Pada minggu-miggu adven menggunakan Marantha yang berarti datanglah ya Tuhan, sedangkan minggu-minggu sengsara atau pra-paskah digunakan hosiana yang berarti selamatkanlah kami ya Tuhan.

3. Kotbah
Pembacaan Alkitab mempunyai hubungan yang erat dengan khotbah, hal ini telah berlangsung sejak lama. Artinya apa yang kita baca dari Alkitab, pokok itu juga yang akan kita kotbahkan. Pembacaan Alkitab bukan sesuatu yang beridiri sendiri lepas dari kotbah. Oleh karena kotbah merupakan pemberitaan Firman Allah dalam situasi kongkrit warga jemaat, maka kotbah memberlukan persiapan yang sungguh-sunggh. Sebagaimana sebagai pengajaran iman kepada umat menjadi segala terpenting dalam pemberitaan Firman. Isi kotbah mutlak bersifat edukatid, bukan uraian dogmatis belaka.

Bagian ketiga: Respons umat/ Ucapan Syukur.

1. Pengakuan Iman
Respons bersama dalam bentuk pengakuan iman (Affirmation of Faith). Pengakuan iman berisi rangkuman seluruh isi Injil. ketika megucapkannya, jemaat menegaskan kembali bahwa mereka yakin (Aku percaya) akan Firman Tuhan yang telah diberitakan. pengakuan Iman juga mempersatukan jemaat sebagai bagian dari gereja segala abad dan tempat.

2. Pengucapan syukur.
Unsur ini sebenarnya bagian dari pelayanan meka sebagaimana dilakukan oleh jemaat dan diteruskan ole Calvin dalam setiap kebaktian minggu. Di jemaat mula-mula orang kristen membawa roti dan air anggur sebagai persembahan, yaitu ditaruh di dekat pintu masuk. Ketika ibadah berlangsung, para diaken menyisihkan sebagian dari persembahan itu untuk dipakai pada perjamuan kudus. Setelah pemberitaan Firman selesai, roti dan air anggur di bawa masuk menuju meja altar dan perjamuan kudus pun dimulai.

Roti dan anggur adalah makanan dan minuman sehari-hari masyarakat Timur Tengah. mempersebahkan makanan dan minuman ke meja altar merupakan lambang persembahan hidup jemaat untuk melayan Kristus (Rom 12:1) Melaluinya jemaat mengakui: Dari padaMulah segala-galanya dan dari tanganMu sendirilah persembahan yang kami berikan kepadaMu (1Taw 29:14).
Selain roti dan air anggur, jemaat mula-mula juga mengumpulkan persembahan uang untuk orang miskin sesudah kebaktian selesai (di kotak persembahan)/ Uang itu, berserta roti dan air anggur yang tidak dipakai dibagi-bagikan kepada orang miskin.
Dalam praktek liturgi beberapa gereja reformasi termasuk GKP, pelayanan meja tersebut dalam kebaktian minggu hanya dialkukan persembahan syukur.

3. Warta Jemaat.
Warta jemaat berisi segala sesuatu tentang peristiwa dan kegiatan jemaat-gereja yang diketahui oleh anggota jemaat. Dalam tata kebaktian minggu model I & II, warta jemaat ditempatkan sebelum doa syafaat. penempatan itu mempunyai maksud agar pokok-pokok pentnig yang diungkapkan dalam warta jemaat itu, akan menjadi bagian dari pokok doa syafaat. Sedangkan dalam tata kebatian minggu model III & IV, warta jemaat ditempatkan diawal kebaktian dengan maksud mempersatukan dan mengarahkan hati jemaat untuk memasuki kebaktian dengan penghayatan akan panggilan untuk bersekutu, melayani dan bersaksi sesuai dengan agenda dan pergumulah jemaat yang diwartakan.

Di beberapa jemaat kita, warta jemaat diberikan kepada anggota jemaat dalam bentuk tulisan. Walaupn begitu, oleh karena warta jemaat merupakan salah satu unsur yang terantum dalam tata kebaktian, maka pokok-pokok penting warta jmaat itu harus dibacakan. Oleh karena warta jemaat berisi segala sesuatu tentang preistiwa dan kegiatan jemaat gereja yang perlu diketahui oleh warga jemaat, maka penyusunannya harus dilakukan dengan secermat mungkin serta dipersiapkan dengan baik, sebelum pelaksanaan kebaktian.

4. Doa syafaat.
Doa syafaat merupakan respon bersama sebagai imamat rajani di dunia ini (prayers of the people). Sebagai iman bagi dunia, jemaat perlu menaikkan doa untuk seluruh umat manusia di muka bumi. Lewat doa syafaat jemaat menjangkau dunia. Oleh sebab itu doa syafaat hendaknya tidak hanya bersifat lokal, melainkan seluas kasih Tuhan dan sama spesifikasinya seperti besar kasihNya pada orang yang terlemah di antara kita. Doa syafaat biasa ditutup dengan Doa Bapa Kami, yang merupakan induk dari segala doa.

Dalam tata kebaktian minggu GKP, doa syafaat ditempatkan setelah warta jemaat (tata kebaktian monggu model I & II) mengingatkan jemaat untukk mendukung dalam doa seluruh kehidupan berjemaat dan tugas pengutusan di tengah dunia sebagaimana tertuang dalam warta jemaat ditempatkan setelah pemberitaan Firman Tuhan (tata kebaktian minggu model III & IV) sebagai respons terhadap Firman Tuhan dan mendoakan komitmen jemaat untuk melaksanakannya dalam kehidupan pribadi, keluarga, persekutuan dan ditengahmasyarakat

Bagian keempat: Diutus ke dalam dunia.

Bagian terakhir dala tata kebaktian minggu GKP model I – IV adalah pengutusan dan unsur pengutusan bertujuan untuk mempersiapkan jemaat kembali berkiprah dalam dunia seharusnya. Setelah menerima Firman Tuhan jemaat diutus ke dalam dunia untuk menjadi pelaku Firman Tuhan.
Jemaat berdiri sebagai tanda kesiapan diri untuk menerima pengutusan dan menyanyikan nyanyian pengutusan yang berfungsi menegaskan kembali Firman Tuhan hari itu lewat nyanyian, sehingga mengekspresikan tekad jemaat untuk siap diutus ke dalam dunia, Agar sanggup melakukan tugas pengutusannyam jemaat membutuhkan berkat Tuhan. itulah sebabnya pengutusan disusul dengan mengucapkan berkat (blessing/bendiction), yang biasanya diambil dari Ul 6:24-26 atau Rom 15:13
Berkat disambut degan aklamasi Amin atau Haleluya! Amin (atau Hosianna/Maranatha! sesuai tahun liturgi)/ pada akhir ibadah, diadakan penyerahan kembali Alkitab yang menandai kebaktian telah dijalankan berlandaskan Firman Tuhan.

V. Simbol-simboldalam liturgi.

A. Lilin
Dalam liturgi terang merupakan makna istimewa, yaitu Kristus Yesus bersabda , Akulah terang dunia, barangsiapa mengikuti Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup (Yoh 8:12) dan Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepadaKu jangan tinggal didalam kegelapan (Yoh 12:46). Prolog Injil Yohannes menghubungkan Kristus dan hidup sejati dengan gambaran akan terang. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia dan terang yang sesungguhnya yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia (Yoh 1:4,9). Dengan dasar ini, kita dapat memahami penggunaan lilin yang menyala.
Lilin dinyalakan dalam setiap kebaktian, sebagai sebagai simbol Kristus yang hadir dalam persekutuan kecuali pada jumat agung dan sabtu sunyi sebab pada masa itulah Kristus wafat dan tubuhNya kemudian dikuburkan. Dalam siklus liturgi, simbol terang paling kuat terjadi pada paskah, dimana lilin Kristus diarak memasuki ruang kebaktian. Kegelapan karena kematian Kristus digantikan dengan terang kebangkitan. Selain lilin simbol Kristus (satu lilin putih) adapula simbol lilin minggu sengsara atau prapaskah dan lilin adven. Ketujuh lilin dalam minggu sengsara disebut menorah dalam tradisi Yahudi sering diidentiikasi dengan ketujuh anugerah Roh (Yes 11:2; bdk Paulus). Lilin minggu sengsara membawa kita pada pengenagan akan pnderitaan dan pengorbanan Kristus, dan umat diajak untuk beroa dan berseru hosiana yang berarti selamatkan kami ya Tuhan. Sementara itu, keempat lilin dalam krans adven adalah simbol pengharapan yang menantikan kelahiran terang dunia (dalam minggu pertama adven satu lilin dinyalakan, dalam minggu kedua dua dst).

B. Warna Liturgi

1. Putih
Adalah lambang dari warna terang, cahaya lilin, warna bagi Kristus yang dimaksud warna yang melambangkan kekudusan dan kebersihan. Oleh sebab itu warna ini dalam masa raya yang berkenaan dengan kristus misalnya Natal, Paskah, Kenaikan Tuhan Yesus dan masa raya kesukaan misalnya dalam pelayanan Baptisan, perjamuan Kudus digunakan juga dari masa Natal sampai minggu sebelum Epifania dan hari Raya paskah sebelum minggu pentakosta.

2. Ungu (lebih tepatnya violet)
Adalah warna tergelap dalam warna gerejawi yang menunjukkan penyesalan dan pertobatan yang sungguh-sungguh. Digunakan pada masa 40 hari sebelum paskah (Minggu sengsara) dan masa-masa menjelang Natal (Minggu adventus).

3. Merah
Adalah warna api, lambang Roh Kudus yang penuh kekuatan. maka digunakan pada perayaan pentakosta Wrna merah juga melambangkan warna darah, kesetiaan sampai mati, iman yang berapi-api sehingga digunakan dalam peringatan reformasi, peresmian gereja, pentahbisan pendeta peneguhan majelis jemaat, PPJ, komisi dan lainnya juga pada peringatan hari pekabaran injil dan hari-hari raya ekumunis.

4. Hijau
Adalah warna komplemen dari merah. melambangkan penyembuhan, ketenangan dan pertumbuhan iman. merupakan warna pengharapan. Hijau memberitakan kemurahan hati, keselamatan dari Allah yang menyembuhkan dan memperbaharui. Digunakan sepanjang masa yang disebut minggu biasa yakni pada minggu-minggu trinitatis dan tentang waktu sesudah epifania sampai sebelum minggu sengsara.

5. Hitam
Adalah warna liturgis yang paling lama dan dimaknai sebagai lambang kedukaan, kesunyian dan kehampaan saat Kristus turun dalam kerajaan maut. Warna ini dipergunakan pada peraayaan jumat Agung dan dalam pealyanan kedukaan (misalnya pelayanan pemakaman jenazah).

BUKU ACUAN
Badan Pekerja Sinode GP, Himpunan tata kebaktian, Bandung BP Sinode GKP 1982
Badan Binalitbang GKP, profil GKP dalam perspektip kemandirian Teologi, Daya, dan Dana, Bandung MP Sinode GKP 2007
Huck, Gabe, Liturgi yang anggun dan Menawan Pedoman menyiapkan dan melaksanakan liturgi Yogjakarta Penerbit Kanisius 2001
Pandpo A.A. Kontekstualisasi Musik Gereja dalam Sularso Sopater (ed), Apostole: Pengutusan STh Yogyakarta 1987
Rachman, Rasid Hari Raya Liturgi jakarta BPK Gunung Mulya 2003
Rachman, Rasid Pengantar Sejarah Liturgi Tangerang : Bintang Fajar 1999

Disalin dari kumpulan tata kebaktian GKP Cirebon.

gkp-bekasi
AlamatJl. Ir. H. Juanda No.166B, Margahayu, Bekasi Tim., Kota Bks, Jawa Barat 17114
ProvinsiJawa Barat
Telepon(021) 8814961

Terima kasih Gultom 2019

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s